TEORI HUMANISME
Dalam artikel “some educational implications of the
Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud
dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia
adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau
“sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini
melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.
Pendekatan humanistic dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan emosional peserta didik. Teori ini bertolak belakang dengan teori
behavioristik yang berpendapat bahwa emosi dapat mengganggu suatu pembelajaran.
Sedangkan dalam pembelajaran humanistic emosi merupakan suatu potensi terbesar
manusia. Apabila kita mengabaikan humanistic maka kita mengabaikan potensi yang
terbesar dari manusia.
Tokoh-tokoh dalam teori humanistic adalah sebagai berikut:
1. Arthur Combs : Menurut Combs, perilaku yang keliru
atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa
yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang
lebih diminati. Contohnya guru yang murid-muridnya tidak berminat belajar, hal
itu karena bukan karena mereka memiliki intelegen yang rendah akan tetapi murid-murid
itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Hal ini bisa
diatasi dengan membuat metode belajar yang tidak membosankan didalam kelas.
2. Teori
Maslow : teori ini didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Masing-masing orang memiliki berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan
diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
3. Carl
Ransom Rogers
Rogers membagi dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang kemukakan oleh Rogers adalah salah
satu dari teori holistik, akan tetapi keunikan teori adalah sifat humanis yang
terkandung didalamnya.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
- Kecenderungan formatif
Segala hal di
dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
- Kecenderungan
aktualisasi
-Kecenderungan dari setiap makhluk hidup untuk bergerak
menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual memiliki
kekuatannya sendiri untuk menyelsaikan masalahnya.
Teori humanism dalam pembelajaran
Dalam teori ini skriswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa
memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar