Konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan bukan tiruan dari realitas,
bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil
dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur,
kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
tersebut. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata
Berikut ini akan
dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut beberapa
literatur yaitu : 1.Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang telah ada sebelumnya 2.Belajar adalah merupakan penafsiran
personal tentang dunia 3.Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna
dikembangkan berdasarkan pengalaman 4.Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu
pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain 5.Belajar
harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus
terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
Macam-Macam Konstruktivisme
Konstruktivisme
dibedakan dalam dua tradisi besar yaitu konstruktivisme psikologis (personal)
dan sosial. Konstruktivisme psikologis dibagi menjadi dua, yaitu yang lebih
personal dan yang lebih sosial, sedangkan konstruktivisme sosial
berdiri sendiri.
1.
Konstruktivisme personal
Pada teori ini menekankan bagaimana anak
secara individual mengkonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman
dan objek yang dihadapinya. Peaget menekankan bagaimana seorang anak mengadakan
abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksif, dalam membentuk
pengetahuannya. Bagi Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh pribadi anak itu
sendiri yang sedang belajar daripada diajarkan oleh orang tua. Konstruktivisme
psikologis bercabang dua: (1) yang lebih menekankan pada personal, individual,
dan subjektif; (2) yang lebih menekankan sosial seperti aktivitas individual,
lewat asimilasi dan akomodasi dalam pembentukan 3 pengetahuan dan menekankan
pentingnya masyarakat dalam mengkonstruksi pengetahuan ilmiah.
2.
Konstruktivisme dan pengetahuan
Sesungguhnya
setiap orang adalah konstruktivis. Pengetahuan bukanlah “sesuatu yang sudah ada
di sana” dan tinggal mengambilnya tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus
dari orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena
adanya pemahaman yang baru
Penerapan teori kontruktivisme
Pandangan kontruktivis, aspek-aspek si belajar, peranan
guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. 1. Proses belajar kontruktivistik
secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara
pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari
segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang
terlepas-lepas.
2. Peranan siswa.
Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari.
3. Peranan guru.
Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan
bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam
mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut. Sarana tidak terbatas hanya yang ada pada sekolah, juga
bisa memanfaatkan yang ada diluar sekolah.
5. Evaluasi. Evaluasi
dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami
materi dari guru, evaluasi menjadi sarana untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan proses pembelajaran.
Kelebihan Teori Kontriktivisme
a. Berfikir dalam
proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah,
menjana idea dan membuat keputusan.
b. Faham :Oleh
kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c. Ingat :Oleh
kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman
mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
d. Kemahiran
sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru
dalam membina pengetahuan baru.
e. Seronok :Oleh
kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam
membina pengetahuan baru.
Kemlemahan Teori Kontriktivisme
Kelemahan Dalam bahasan kekurangan atau
kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru
sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar