Jumat, 03 Februari 2017

Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan ini memiliki faktor penting berupa rangsangan (stimulans) yang nantinya dapat direspon oleh peserta belajat berupa perilaku reaktif  berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans belajar dalam teori ini adalah lingkungan belajar anak , baik secara internal maupun eksternal yang menjadi penyebab perubahan perilaku tersebut. Sedangkan respons merupakan akibat yang berupa reaksi fisik  dari stimulans yang diberikan. Menurut teori faktor lain yang mendukung pembelajaran adalah penguatan (reinforcement). Penguatan  menurut teori behavioristik adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respon terhadap stimulans yang dberikan. Apabila penguatan ditingkatkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila penguatan diturunkan (negative reinforcement), maka respon akan tetap dikuatkan.
Inti dari teori Behavioristik adalah
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya mekanis
Dalam teori behavioristik guru dianggap sebagai stimulus yang memberikan rangsangan kepada siswa yang merupakan objek outpu atau perespon dari stimulus. Guru dapat memberikan stimulus berupa alat peraga, video pembelajaran, pedoman kerja dan menerangkan pelajaran melalui gerakan tubuh. Setelah melakukan stimulus dengan cara-cara seperti itu siswa akan memberikan respo berupa pemahaman atas apa yang diajarkan. Dalam teori ini proses pembelajaran tidaklah penting yang penting adalah hasil dari pembelajaran tersebut. contohnya seorang siswa yang belum bisa melakukan perkalian bersusun. Guru memberikan penjelasan sehingga siswa dapat menghafal perkalian 1 sampai 10 akan tetapi siswa masih belum mengetahui tentang perkalian bersusun, maka siswa tersebut belum dikatakan belajar mengenai perkalian bersusun karena belum dapat melakukan perkalian berususn (belajar=  dari yang belum bisa menjadi bisa).

Selain itu dalam penerapan teori behavioristik juga perlu adanya penguatan positf dan penguatan negative bagi siswa. Maksudnya apabila ada sesuatu yang mendukung pembelajaran maka harus didukung dengan memberikuan penguatan positif contohnya apabila siswa rajin belajar maka dilakukan penguatan dengan memberikan tugas agar siswa dapat lebih rajin dalam belajar. Apabila ada sesuatu yang justru dapat menghambat pembelajaran maka dapat dilakukan penguatan negatif. Contohnya apabila bermain game dapat membuat siswa malas belajar maka dilakukan penguatan negative dengan megurangi waktu untuk bermain game. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar